Cari Blog Ini

Senin, 28 November 2016

PENGENDALIAN INTERNAL TRANSAKSI KAS, PIUTANG, PERSEDIAAN, AKTIVA TETAP, & INVESTASI JANGKA PENDEK




MATERI PERKULIAHAN         
a.      BAB I                    : PENGENDALIAN INTERNAL TRANSAKSI KAS
b.      BAB II                   : PIUTANG
c.       BAB III                 : PERSEDIAAN
d.      BAB IV                 : AKTIVA TETAP
e.      BAB V                  : UTANG JANGKA PENDEK& UTANG JANGKA PANJANG
f.       BAB VI                 : MODAL SAHAM DAN LABA DITAHAN
g.      BAB VII                : INVESTASI JANGKA PENDEK


h.     BAB VIII               : AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFACTURE


REFERENSI                       :
1.       IAI, 2007, Standar Akuntansi Keuangan,  Penerbit Salemba Empat, Jakarta
2.       Horngren dan Harrison.  2005 Akuntansi Di Indonesia, Buku Satu, Penerbit Salemba Empat . Jakarta
3.      Haryono Yusuf. 2001, Dasar-dasar Akuntansi, Jilid Dua, Penerbit STIE YKPN. Yogyakarta
4.      Mardiasmo, 2000, Akuntansi Keuangan Dasar, Jilid Dua, Penerbit BPFE. Yogyakatta
Rudianto, 2012. Pengantar Akuntansi , Penerbit, Erlangga.

__________________________________________________________________________

BAB I
PENGENDALIAN INTERNAL TRANSAKSI KAS

Tujuan Instruksional Umum :
Setelah menyelesaikan kuliah ini mahasiswa dapat menyusun laporan rekonsiliasi bank  dan pengoperasian kas kecil yang terdiri pembentukan, penggunaan dan pengisian kembali.

Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat :
1.         Menjelaskan prosedur-prosedur pengendalian intern yang diperlukan perusahaan
2.         Menjelaskan prosedur pengendalian intern untuk melindungi penerimaan kas dan pengeluaran kas.
3.        Menjelaskan mengapa saldo kas menurut laporan bank dan saldo kas menurut pembukuan perlu direkonsiliasi serta dapat  membuat laporan rekonsiliasi Bank
4.        Menjelaskan pengoperasian kas kecil dan pat membuat jurnal untuk mencatat transasksi-transaksi tersebut.

A.       Pengertian Pengendalian Internal
Pengendalian Internal adalah suatu rencana organisasional semua tindakan yang dilakukan perusahaan untuk :
1.              Mengamankan Aset
2.             Mendorong diikutinya kebijaksanaan perusahaan.
3.             Mendorong  efisiensi operasional
4.            Menjamin ketepatan dan dapat dipercaya catatan-catatan akuntansi.
Sistem Pengendalian Yang Efektive
1.              Personalia yang kompeten, dapat  dipercaya, beretika.
2.             Tugas Pertanggungjawaban
3.             Pemisahan tugas
4.            Audit
5.             Dokumen dan catatan
6.            Alat – alat elektronik


A.       Pengendalian Internal Terhadap Kas
Kas adalah uang tunai baik kertas maupun uang logam simpanan uang di bank yang  setiap saat dapat  diambil (Simpanan Giro) dan bentuk-bentuk lainnya yang mempunyai sifat seperti uang.
Pengawasan terhadap Kas
Untuk menghindari penggelapan setiap perusahaan perlu mengadakan sistem kontrol intern yang baik terhadap kas perusahaan.
Penerimaan Kas
1.       Diadakan pemisahan fungsi antara pengelola kas dan pencatatan kas.
2.       Setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank
3.      Setiap hari harus dibuat laporan mengenai penerimaan kas
Pengeluaran kas
1.       Setiap pengeluaran kas harus menggunakan cek yang ditandatangai oleh pihak yang berwenang, kecuali untuk pengeluaran kas yang jumlahnya relatif kecil dibayar dengan kas kecil.
2.       Diadakan pemisahan fungsi antara pengelola kas, yang menotorisasi pengeluaran dan yang mencatat pengeluaran kas.
3.      Setiap hari harus dibuat laporan mengenai pengeluaran kas.
Rekening Bank Sebagai Alat Pengendali
Menyimpan uang di Bank merupakan salah satu pengendalian internal karena bank telah berpengalaman dalam mengamankan kas.
Dokumen dokumen yang digunakan untuk mengandalikan rekening bank :
1.       Kartu Tanda Tangan
Bank mengharuskan nasabah yang berhak melakukan transaksi melalui rekening bank untuk menandatangani kartu tanda tangan.
2.       Formulir Setoran
Bank menyediakan formulir  standar sebagai formulir setoran.
3.      Cek
Cek Adalah suatu dokumen yang memerintah bank untuk membayar orang atau perusahaan yang ditunjuk sejumlah uang kas.
4.      Rekening Koran
Rekening Koran memperlihatkan nilai sisa awal dan awal periode tersebut, (yang diambil dari saldo akhir bulan sebelumnya)
5.      Electronic Fund Transfer (Transfer Dana Elektronik)
Merupakan suatu system yang bergantung pada media elektronik untuk melakukan transfer kas
6.      Rekonsiliasi Bank
Ada dua macam catatan tentang uang kas perusahaan . Rekening kas pada buku besar perusahaan itu sendiri dan laporan rekening koran yang menyatakan tentang jumlah rupiah yang sesungguhnya dimiliki perusahaan itu pada bank. Jika pada catatan perusahaan menunjukan nilai yang berbeda dengan catatan bank maka  akuntan menjelaskan sebab –sebab terjadinya perbedaan antara kedua catatan tersebut  dinamakan rekonsiliasi bank.


A.       Rekonsiliasi Bank
Adalah suatu skedul yang menjelaskan setiap perbedaan antara catatan kas bank dan catatan kas perusahaan.
Hal – hal yang menyebabkan perbedaan antara saldo di Bank dan Buku Perusahaan.
1.       Sudah dicatat oleh Perusahaan tetapi belum dicatat oleh Bank
a)        Setoran dalam perjalanan
b)       Cek dalam Peredaran
2.       Sudah dicatat oleh Bank  tetapi belum dicatat oleh Perusahaan
a)        Incaso. Bank kadang – kadang menerima uang untuk kepentingan nasabah, misalnya penagihan uang kas oleh bank atas wesel tagih  dan pendapatan bunganya untuk nasabah.
b)       Electronik Fund Transfer. Bank dapat saja menerima  atau membayar kas atas nama nasabah melalui EFT.
c)        Beban Pelayanan. Biaya bagi bank untuk mengolah transaksi nasabah.
d)       Pendapatan Bunga atas rekening checking
e)        Cek kosong yang diterima dari pelanggan. Jika nilai sisa bank si pembuat cek tidak mencukupi untuk membayar cek tersebut.
§  Biaya Percetakan Cek
§  Cek yang ditagih, disetorkan dan dikembalikan kepada penerima karena sebab-sebab lain selain cek kosong. Yaitu rekening nasabah pembuat cek sudah ditutup, tanggal yang sudah kedaluarsa, tanda tangan tidak sah dan sebab lainnya.
3.      Kesalahan baik yang dilakukan oleh perusahaan maupun bank.Misalnya kesalahan menulis nominal atau bank secara tidak sengaja mendebet atau mengkredit rekening perusahaan lain.
Tujuan dari Rekonsiliasi Bank adalah  untuk mengecek ketelitian pencatatan yang terdapat dalam rekening kas dan catatan bank, serta mengetahui penerimaan atau pengeluaran yang sudah terjadi di bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
Langkah – langkah  dalam membuat rekonsiliasi bank
1)      Dimulai dengan membandingkan  antara saldo rekening bank dan saldo perusahaan.
2)      Menambahkan pada  atau mengurangkan dari saldo bank hal-hal yang nampak pada buku perusahaan tetapi belum nampak pada rekening Koran
3)     Menambahkan pada atau mengurangkan dari saldo buku hal-hal yang nampak pada rekening Koran tetapi belum nampak pada buku perusahaan.
4)     Menghitung saldo bank yang telah disesuaikan dan saldo buku yang telah disesuaikan. Keduanya harus sama besar.
5)     Membuat jurnal dari setiap hal nomer 3 yaitu yang sudah dicatat oleh bank tetapi belum dicatat dalam buku perusahaan.
Memperbaiki semua kesalahan pencatatan pada buku dan memberitahukan bank mengenai kesalahan yang dibuat oleh bank.

Contoh :
Data mengenai kas PT. MUTIARA LOMBOK yang disimpan di Bank NTB Desember 2012

Buku Perusahaan
Rekening Koran
Saldo Akhir
Setoran Tunai
Pengeluaran dengan Cek
Penagihan Piutang Wesel
Bunga Wesel
Biaya Administrasi
Pendapatan jasa
Rp   60.500.000,-
Rp   85.000.000,-
Rp 52.700.000,-
Rp 67.362.500,-
Rp 80.500.000,-
Rp 49.500.000,-
Rp   7.500.000-
Rp     112.500,-
Rp     200.000,-
Rp     750.000,-



PT. MUTIARA LOMBOK
Laporan Rekonsiliasi bank
Per 31 Desember 2012
Buku
Tambah

Penagihan piutang wesel
Pendapatan bunga
Pendapatan jasa
Kurang
Biaya Administrasi
Saldo kas yang benar
60.500.000

7.500.000
     112.500
     750.000  +
68.862.500
     200.000 -
   68.662.500
Bank
Tambah

Setoran Dlm Perjalanan
 Kurang
Cek Beredar
Saldo kas yang benar
67.362.500

 4.500.000  +
71.862.500
  3.200.000 -
68.662.500

Jurnal yang terkait : 31 Desember 2012
Kas                                          Rp 8.362.500
            Piutang Wesel                                     Rp  7.500.000,-
            Pendapatan Bunga                              Rp     112.500,-
            Pendapatan jasa                                  Rp    750.000,-
Biaya Administrasi                 Rp    200.000,-
            Kas                                                      Rp     200.000,-


A.       Kas Kecil (Petty Cash)
Kas diperusahaan yang disediakan untuk membayar pengeluaran – pengeluaran yang jumlahnya relatif kecil yang tidak ekonomis bila dibayar dengan cek.
Kas kecil dipercayakan kepada pemegang kas kecil (Kasir Kas Kecil) yang bertanggung jawab terhap pengelolaan kas kecil.
Dalam hubungannya dengan Kas Kecil dikenal dengan 2 sistem yaitu :
1.     Metode Impres ( Sistem Dana Tetap)
Jumlah dalam rekening selalu tetep, yaitu sebesar cek yang diserahkan kepada kasir kas kecil untuk membentuk dana kas kecil.


2.    Metode Fluktuasi
Jumlah dalam rekening kas kecil yang tidak tetap, tetapi berfluktuatif sesuai dengan     jumlah pengisian kembali dan pengeluaran dari kas kecil.
Pengoperasian Kas Kecil
1.               Pembentukan
2.               Pemakaian
3.              Pengisian Kembali.
Metode Impres
Metode Fluktuasi
Pembentukan
      Kas Kecil
Kas

Pemakaian
Tidak dijurnal

Pengisian kembali
Biaya-biaya
Kas

Tidak diisi kembali
Biaya-biaya
Kas Kecil
Pembentukan
       Kas Kecil
Kas

Pemakaian
       Biaya-biaya
Kas Kecil

Pengisian kembali
Kas Kecil
Kas

-

Contoh
Pada tanggal 1 Maret 2001 dibentuk kas kecil sebesar Rp 120.000,-. Transaksi pengeluaran menggunakan kas kecil :
1.       Dibayar biaya pos dan giro Rp 20.000,-
2.       Dibayar biaya Tansportasi Rp 15.000,-
3.      Dibayar biaya foto copy Rp 35.000,-
4.      Biaya konsumsi rapat  Rp 15.000,-
5.      Biaya Koordinasi Rp 25.000,-
Jika akhir bulan :
a.      Dilakukan pengisian kembali sejumlah yang dikeluarkan.
b.      Tidak dilakukan pengisian kembali.


Metode Impres
Metode Fluktuasi
Pembentukan
1 Maret :
 Kas Kecil           120.000
Kas                             120.000
Pemakaian       -

Pengisian kembali
31 Maret :
Bi. Pos + Giro    20.000
Bi. Tanspor         15.000
Bi F. Copy          35.000
Bi. Kansumsi       15.000
Bi Koordinasi      25.000
Kas                             110.000
Jika tidak diisi kembali
Bi. Pos + Giro    20.000
Bi. Tanspor        15.000
Bi F. Copy         35.000
Bi. Kansumsi     15.000
Bi Koordinasi    25.000
Kas  Kecil                 110.000
Pembentukan
1 Maret  :
Kas Kecil           120.000
Kas                                 120.000
Pemakaian
Bi. Pos + Giro    20.000
Bi. Ta        Transport     15.000
Bi F.           Foto Copy  35.000
Bi. Ka        Konnsumsi   15.000
Bi Ko         Koordinasi   25.000
Kas   Kecil                     110.000


Pengisian kembali        
31 Maret  :
Kas Kecil           110.000
Kas                             110.000


UJI COBA MANDIRI

UCM -1
Pada awal tahun 2012, PT. GUNUNG RINJANI LOMBOK memutuskan membentuk kas kecil dengan jumlah sebesar Rp 2.400.000,-, untuk keperluan pembayaran  dan pengeluaran harian yang jumlahnya relatif kecil. Pengisian  kembali dilakukan satu bulan sekali yaitu setiap tanggal 25 dengan menggunakan sistem impres.
Pada tanggal 25 Desember 2012 (pada waktu pengisian kembali) perusahaan memutuskan untuk menaikkan saldo kas kecil menjadi Rp 3.000.000,-. Kondisi kas kecil tanggal tersebut menunjukkan :
Uang Tunai                                                      Rp   190.000-
Bukti bukti Pengeluaran :
Beban Perjalanan Dinas                          Rp  700.000,-
Beban telepon                                              Rp  610.000,-
Beban Rapat                                                   Rp  500.000,-
Macam-macam beban                              Rp  400.000,-
Perusahaan melakukan tutup buku pada tanggal 31 Desember. Bukti- bukti pengeluaran kas kecil selama 5 hari terakhir menunjukan informasi sebagai berikut :
Beban perjalanan dinas                          Rp  400.000,-
Beban rapat dan pertemuan               Rp  250.000,-
Macam-macam beban                              Rp  280.000,-
Diminta : Buatlah jurnal untuk mencatat pembentukan kas kecil, pengisian kembali dan penyesuaian per 31 Desember 2012 serta bukukanlah dalam rekening kas kecil. 

UCM -2
Kas kecil dan jurnal PT. FITRI  menggunakan metode impres untuk mengelola kas kecil, setiap hari sabtu kas kecil diisi kembali menjadi sejumlah Rp 300.000,-. Data pengeluaran kas kecil untuk 2 seminggu yang berakhir pada tanggal 22 & 29 Desember 2013 sebagai berikut :




22 Des ‘13
29  Des ‘13
31  Des  ‘13
Biaya Transpor Lokal
Biaya Reparasi
Biaya Rapat
Biaya Lain lain
Rp100.000,-
Rp   80.500,-
Rp -
Rp   75.500,-
Rp  89.400,-
Rp  50.600,-
Rp  90.000,-
Rp  70.000,-
Rp   40.500,-
Rp   40.500,-
Rp   20.800,-
Rp   17.200,-

Diminta :
a.      Membuat jurnal Pengisian kembali kas kecil tanggal 22 Des ‘13
b.      Membuat jurnal pengisian kas kecil 29 Des dengan jumlah dinaikkan menjadi Rp 350.000,-
c.       Membuat Jurnal penyesuaian tanggal 31 Des  2013   
                                                                                                                                 
UCM -3
Saldo Kas PT. ELMARZA per 30 April 2011 menurut kas perusahaan adalah Rp. 18.105.000,- dan meurut laporan rekening koran adalah Rp. 17.650.000,-   Perbandingan terhadap masing-masing dokumen menunjukan perbedaan sebagai berikut :
Cek Beredar
EFT untuk Biaya telepon
EFT  pembayaran utang dari pihak lain
Pendapatan Jasa Giro
Biaya Administrasi
Setoran Dalam Perjalanan
Salah mencatat Cek untuk pembelian tunai  Rp 1.500.000,- oleh perusahaan  dicatat sebesar  Rp 150.000,-
Rp       1.000.000,-
            1.100.000,-
            5.000.000,-
                 17.500,-
                 22.500.-
            4.000.000.-

          
            1.350.000,-
Diminta : Buatlah Laporan Rekonsiliasi Bank dan jurnalnya

_______________________________________________________________________

BAB II
PIUTANG

Tujuan Instruksional Umum :
Setelah menyelesaikan kuliah ini mahasiswa dapat menyusun akuntansi untuk piutang dagang dan piutang wesel.

Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat :
1.         Meyebutkan berbagai jenis piutang dan pencatatannya
2.         Menggunakan metode cadangan  dalam untuk piutang yang tidak tertagih.
3.        Menaksir jumlah kerugian piutang yang tidak tertagih dengan menggunakan metode persentase dari penjualan, persentase dari saldo piutang dan pendekatan  metode umur piutang.
4.        Menggunakan metode penghapusan langsung untuk piutang yang tidak tertagih
5.        Melakukan perhitungan – perhitungan yang berhubungan  dengan  piutang wesel

A.            Pengertian Piutang
Piutang adalah klaim perusahaan atas uang, barang dan jasa terhadap pihak-pihak lain.
Klasifikasi piutang :
a.      Tagihan yang tidak didukung dengan janji tertulis disebut Piutang Dagang / usaha.
b.      Tagihan yang didukung oleh janji tertulis adalah Piutang Wesel
Ø  Piutang Dagang
Adalah piutang yang timbul dari penjualan barang / jasa perusahaan secara kredit, dalam rangka kegiatan usaha perusahaan.
Penilaian Piutang
Piutang dinyatakan sebesar jumlah bruto tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima.
Faktor-faktor yang menyebabkan berkurangnnya nilai piutang adalah piutang yang tidak dapat ditagih. Akuntansi untuk mencatat piutang yang tidak tertagih ada dua pencatatan :
1.     Metode Pencatatan Langsung.
Kerugian piutang diakui pada saat benar-benar terjadi piutang tidak dapat ditagih
Kerugian Piutang                                xxx
Piutang dagang                                               xxx
2.    Metode Cadangan / Taksiran
Pada akhir periode dilakukan penaksiran jumlah kerugian piutang.
     Kerugian Piutang                                xxx
           Cadangan Kerugian Piutang                           xxx
Ada dua dasar yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah kerugian piutang:
a)       Jumlah penjualan
Dilakukan dengan mengalikan prosentase tertentu dari penjualan periode tersebut.
b)       Saldo piutang
Dilakukan dengan tiga cara yaitu :
§  Cadangan dinaikkan sampai persentase tertentu dari dari saldo piutang.
§  Cadangan ditambah dengan persentase tertentu dari saldo piutang
§  Jumlah cadangan dinaikkan sampai jumlah tertentu yang dihitung dengan menganalisa umur piutang

Menaksir Cadangan Kerugian Piutang dari Saldo Piutang
Contoh :
Pada tanggal 31 Desember 2013, rekening saldo piutang menunjukan jumlah Rp 7.500.000,- , rekening saldo cadangan kerugian piutang bersaldo kredit Rp 10.000,-. Kerugian piuang ditaksir 1 % dari saldo piutang.

Jumlah cadangan dinaikkan sampai persentase tertentu dari dari saldo piutang
Jurnal 31 Des 2013
Kerugian piutang                               Rp 65.000,-
           Cadangan Kerugian Piutang                           Rp 65.000,-
Cadangan Kerugian Piutang
Saldo               Rp 10.000,-
31/12                 Rp 65.000,-
Rp 75.000
Penyajian Dalam Laporan Posisi Keuangan
Piutang Dagang                           Rp 7.500.000,-
Cad. Kerugian Piutang            Rp      75.000,-
Rp 7.425.000,-

Cadangan ditambah dengan persentase tertentu dari saldo piutang
Jurnal 31 Desember 2013
Kerugian Piutang                                Rp 75.000,-
            Cad. Kerugian Piutang                                   Rp 75.000,-
Cadangan Kerugian Piutang
Saldo               Rp 10.000,-
31/12                 Rp 75.000,-
Rp 85.000,-

Penyajian Dalam Laporan Posisi Keuangan
Piutang Dagang                           Rp 7.500.000,-
Cad. Kerugian Piutang            Rp      85.000,-
Rp 7.415.000,-
Analisa Umur Piutang
1)      Piutang masing-masing pelanggan harus dikelompokkan antara yang sudah jatuh tempo dan yang belum jatuh tempo.
2)      Piutang yang sudah jatuh tempo dikelompokkan berdasarkan jangka waktu jatuh temponya.
3)     Setiap jangka waktu jatuh tempo ditentukan persentase kerugian piutangnya.
Contoh  :
Saldo Piutang PT Diaswati per 31 Desember 2010 sebesar Rp 6.000.000,- yang terdiri sebagai berikut :
Nama Debitur
Saldo Piutang 31/12/2010
Tanggal jatuh Tempo
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Rp  800.000
200.000
750.000
250.000
350.000
  1.000.000
450.000
1.250.000
300.000
650.000
     19  Nov 2010
5              Des  2010
 3  Juli  2010
 23  Des 2010
 20 Nov 2010
23  Jan  2011
6              Feb 2011
     15 Des  2010
     5  Ags  2010
    13 Okt  2010

Membuat Tabel Umur Piutang
Nama
Dbt.
Saldo Piutang
Belum Jth. Tempo
Lewat Jatuh Tempo
1-30
31-60
61-90
> 90
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
Rp   800.000
Rp   200.000
Rp   750.000
Rp   250.000
Rp   350.000
Rp1.000.000
Rp   450.000
Rp1.250.000
Rp   300.000
Rp   650.000
Rp6.000.000





1.000.000
   450.000



1.450.000

   200.000

   250.000



1.250.000


1.700.000
800.000



350.000





1.150.000









650.000
650.000


750.000





300.000

1.050.000

Penggolongan umur piutang dan besarnya prosentase kerugian piutang

Golongan Umur Piutang                      % Kerugian
Belum Jt. Tempo                                                               0,5
Sudah Jt. Tempo                                
·                1   -  30 hari                                              2
·                31 -  60 hari                                            5
·                61 -  90 hari                                            10
·                >  90 hari                                               20

Menghitung Taksiran Kerugian Piutang
Kelompok Umur Piutang
Jumlah
% Kerugian Piutang
Taksiran Kerugian Piutang
Belum Jt. Tempo
Sudah Jt. Tempo
1        -  30  hari
31    -  60  hari
61    -  90  hari
>    90 hari
J u m l a h
1.450.000

1.700.000
1.150.000
650.000
1.050.000
6.000.000
0,5

2
5
10
20
7.250

34.000
57.500
65.000
210.000
373.750
Taksiran Kerugian Piutang
Des. 31  Kerugian Piutang                  Rp 373.750
Cad. Kerugian Piutang                                    Rp 373.750

Penghapusan Piutang Dengan Metode Cadangan
Cadangan kerugian dicatat/ ditaksir pada akhir periode, maka jika terjadi piutang dinyatakan tidak tertagih  jurnal yang dibuat :
Cadangan Kerugian Piutang               Rp xxx
            Piutang Dagang                                              Rp xxx

Penerimaan Kembali Piutang Yang Telah Dihapus
Piutang yang semula sudah dihapus, kemungkinan dapat diterima kembali.
ü  Metode Cadangan
            Piutang Dagang                                  Rp xxx
                        Cadangan Kerugian Piutang                           Rp xxx
            Kas                                                      Rp xxx
                        Piutang Dagang                                              Rp xxx
Atau
Kas                                                      Rp xxx
Cadangan Kerugian Piutang                           Rp xxx

ü  Metode Peghapusan Langsung
Dibagi menjadi dua, jika penerimaan kembali piutang yang telah dihapus terjadi :
a.      Dalam periode yang sama dengan piutang tersebut dihapus
Piutang Dagang                                   Rp xxx
                        Kerugian Piutang                                             Rp xxx                                   
Kas                                                      Rp xxx
Piutang Dagang                                              Rp xxx
b.      Dalam periode setelah piutang tersebut dihapus
Piutang Dagang                                  Rp xxx
                            Penerimaan Kembali Piutang                          Rp xxx
Kas                                                      Rp xxx
                             Piutang Dagang                                              Rp xxx

Ø  Piutang Wesel
Piutang wesel adalah piutang yang didukung oleh surat perjanjian yang menjelaskan tentang nilai , periode, bunga  dan saat jatuh tempo. Surat perjanjian tersebut berupa wesel dan promes. Wesel dalah surat berharga yang berisi perintah dari pembuat surat kepada wajib bayar untuk membayar sejumlah uang tertentu yang disebut dalam surat tersebut. Promes adalah surat janji membayar sejumlah uang pada tanggal tertentu.
Perbedaan antara Wesel dan Promes adalah sebagai berikut :
Wesel
Promes
§   Surat perintah untuk membayar
§   Penarik dan yang berkepentingan terdiri dari dua pihak
§   Yang membuat adalah pihak yang mempunyai piutang
§   Memerlukan akseptasi
§   Surat janji membayar
§   Penarik dan yang berkepentingan berada pada satu tangan
§   Yang membuat adalah pihak yang berhutang
§   Tidak memerlukan akseptasi

Penentuan Tanggal Jatuh Tempo
Suatu tanggal dimana piutang wesel harus dibayar. Saat jatuh tempo piutang wesel dinyatakan dengan tiga cara yaitu :
1.       Atas penagihan , artinya pihak tertarik akan membayar wesel pada saat ditagih oleh pemegang wesel.
2.       Pada tanggal tertentu, artinya tanggal jatuh tempo tertulis secara eksplisit dalam surat wesel.
3.      Pada akhir masa tertentu., artinya setelah sekian hari, misal setelah empuluh hari wesel tersebut harus dibayar.

Menghitung Tanggal Jatuh Tempo (Dalam hari)
Jika jangka waktu wesel dinyatakan dalam hari, harus dihitung jumlah hari secara tepat sehingga dapat ditentukan tanggal jatuh temponnya.
Contoh : sebuah wesel diterbitkan tanggal 17 Juli 2013, jangka waktu  60 hari maka tanggal jatuh temponya adalah  15 September.
Jangka waktu wesel                  60 hari
Juli                                                        14
Agustus                                             31
45 -
September                                       15         

Jenis  wesel ada dua macam yaitu
1.       Wesel berbunga adalah didalam surat wesel disebutkan tingkat bunga tertentu
2.       Wesel tanpa bunga adalah didalam surat wesel tidak disebutkan tingkat bunga tertentu.
Perhitungan Bunga
Nilai Nominal Wesel
X
Tingkat Bunga / Th
x
Jangka Waktu
=
Bunga

A.       Akuntansi Piutang Wesel
Pengakuan Wesel
Timbulnya suatu piutang wesel bersamaan dengan transaksi penjualan secara kredit , pemberian pinjaman dan perubahan dari piutang dagang menjadi piutang wesel.
a)        Piutang wesel dari penjualan secara kredit
Piutang Wesel                         Rp xxx
                        Penjualan                                             Rp xxx
b)       Piutang wesel dari pemberian pinjaman
Piutang Wesel                         Rp xxx
                        Kas                                                      Rp xxx
c)        Piutang wesel dari perubahan piutang dagang
Piutang Wesel                         Rp xxx
                        Piutang Dagang                                  Rp xxx

Penyelesaian Piutang Wesel
Suatu wesel dikatakan lunas apabila wesel dibayar penuh pada saat jatuh temponya. Jumlah yang dilunasi meliputi nilai nominal wesel dengan bunga selama jangka waktu wesel itu.
Contoh :
PT Galindra pada tanggal 1 Juni 2012 menerima selembar promes dari PT. GULAKU dengan nilai nominal Rp 1.000.000,-, bunga 9% jangka waktu empat bulan . Bunga = Rp 30.000,- (Rp 1.000.000,- x 9% x 4/12) dan nilai jatuh tempo   adalah Rp 1.030.000 (Rp 1.000.000,- + Rp 30.000,-).

Okt 1   Kas                                                              Rp 1.030.000,-
            Piutang Wesel                                                                           Rp 1.000.000,-
                        Pendapatan Bunga                                   Rp      30.000,-

Piutang Wesel Tak dapat Ditagih
Suatu wesel dikatakan tidak dapat ditagih apabila wesel tersebut tidak dibayar penuh pada tanggal jatuh temponya. Wesel yang tidak dapat ditagih harus diubah menjadi piutang dagang. Sebagai contoh pada tanggal 1 Oktober 2012 PT. GULAKU tidak melunasi kewajibannya :
Okt  1   Piutang Dagang     Rp 1.030.000,-
                        Piutang Wesel                    Rp 1.000.000,-
                        Pendapatan Bunga          Rp      30.000.-



Pendiskontoan Wesel
Surat wesel adalah surat berharga yang dapat dipindahtangankan artinya wesel tersebut bisa dialihkan atau dijual  dari suatu perusahaan  atau seseorang kepada perusahaan atau orang lain untuk mendapatkan kas. Jadi pendiskontoan wesel adalah penjualan piutang wesel sebelum tanggal jatuh temponya atau meminjam uang dengan menggunakan wesel sebagai jaminan. Bank akan memberikan pinjaman tetapi dikurangi dengan bunga yang diperhitungkan selama jangka waktu diskonto. Periode diskonto adalah saat wesel dialihkan sampai dengan jatuh tempo wesel.
Bunga Diskonto
=
Nilai Jatuh Tempo
x
Tarif diskonto
x
Periode Diskonto

Contoh :
PT. BIMOLI mempunyai piutang wesel dari penjualan secara kredit kepada PT. FILMA tertanggal 20 Oktober 2012, Nominal wesel Rp 1.500.000,-, bunga 10 % jangka waktu 90 hari. Pada 9 Desember wesel tersebut didiskontokan ke Bank Buana dengan diskonto 12% .Perhitungan Nilai Wesel Diskonto :
Nilai Nominal Wesel
Bunga (1.500.000 x 10%x 90/360)
Nilai Jatuh Tempo Wesel

Diskonto (1.537.500 x 12% x 40/360)
Harga Jual Wesel
Rp 1.500.000,-
Rp      37.500 +
Rp  1.537.500,-

Rp   (20.500)-
Rp   1.517.000,-

Dalam perhitungan diatas perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1.       Diskonto dihitung dari nilai jatuh tempo (Nilai nominal ditambah bunga).
2.       Periode diskonto dihitung mundur kebelakang mulai dari tanggal jatuh tempo sampai tanggal pendiskontoan.
20 Okt 2012
Nominal
1.500.000,-       +
90 hari
Bunga
37.500,-       =
18 Jan 2013
Nilai Jatuh Tempo
1.537.500,-
9 Des 2012
Didiskonto
Rp  1.537.500,-      -
40 hari
Diskonto
20.500,-      =
18 Jan 2013
Nilai Jatuh Tempo
1.517.000,-
Jurnal pada saat pendiskontoan Wesel (9 Desember 2012)
Des. 9    Kas                                        Rp 1.517.000,-
                        Piutang Wesel                                         Rp 1.500.000,-
                        Pendapatan Bunga                                 Rp     17.000,-    
                               
A.       Penyajian Piutang Dalam Laporan Posisi Keuangan
Apabila perusahaan mempunyai beberapa jenis piutang, maka dalam Laporan Posisi Keuangan piutang harus diklasifikasikan menurut jenisnya.
Piutang   :
Piutang Wesel                 
Piutang Dagang
Piutang Lain-lain
Total Piutang
Kurangi  :
Cadangan Kerugian piutang
Piutang Bersih

Rp  1.500.000,-
Rp  5.000.000,-
Rp  3.500.000,-
Rp 10.000.000

Rp      200.000,-
Rp   9.800.000,-


 UJI COBA MANDIRI

UCM -1
PT. BULAN PURNAMA  pada tanggal 25 April 2012 menerima sebuah promes dari Mrs. FITRI untuk menggantikan utangnya sebesar 16.000.000,-yang berasal dari pembelian barang dagangan yang terjadi sebulan yang lalu. Promes tersebut berjangka waktu 120 hari, Tingkat bunga 11% pertahun. Pada tanggal 20 Juni 2012.  PT. BULAN PURNAMA mendiskontokan promes tersebut ke Bank BRI SYARIAH dan dikenai diskonto 12% pertahun. Pada saat jatuh tempo dilunasi (1 Tahun = 365 hari)
        Diminta :
a)     Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi yang dilakukan oleh PT. BULAN PURNAMA, Mrs. FITRI  dan Bank BRI SYARIAH
b)     Tunjukan perhitungannya.

UCM -2
Saldo rekening Piutang dagangdan cadangan kerugian piutang pada tanggal 1 Januari 2011adalah :
Piutang dagang                                         Rp 18.750.000,-
Cadangan Kerugian Piutang                     Rp     937.500,-
Transaksi selama tahun 2011
1)    Penjualan secara kredit Rp 170.000.000,-
2)   Retur dari penjualan secara kredit Rp 300.000,-
3)   Penerimaan kas dari penjualan secara kredit Rp  172.600.000,-
4)  Penerimaan kembali piutang yang sudah dihapus tahun lalu Rp 250.000,-
5)   Penghapusan piutang yang tidak tertagih Rp 850.000,-
6)  Perusahaan menggunakan metode prosentase  saldo piutang (cadangan dinaikan sampai % tertentu dari saldo piutang) dalam menghitung cadangan kerugian piutang sebesar 5 %.

Diminta :
a)     Buatlah jurnal untuk transaksi tahun 2011
b)     Posting ke rekening piutang dagang, cadangan kerugian piutang Penyajian dalam Laporan Posisi Keuangan per 31 Desember 2011.

____________________________________________________________________

BAB III
PERSEDIAAN (INVENTORY)

Tujuan Instruksional Umum :
Setelah menyelesaikan kuliah ini mahasiswa dapat melakukan pencatatan untuk persediaan barang dagangan dan melakukan perhitungan persediaan.

Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat :
1.         Menjelaskan tentang pentingnya persediaan di dalam perusahaan
2.         Mencatat persediaan dengan metode fisik dan perpetual.
3.        Menggunakan empat metode penilaian persediaan yaitu metode harga pokok spesifik, metode rata rata tertimbang, metode masuk pertama keluar pertama dan metode masuk terakhir keluar pertama.

A.       PENGERTIAN PERSEDIAAN
Persediaan barang dagangan adalah elemen yang sangat penting dalam penentuan harga pokok penjualan pada perusahaan dagang eceran maupun perusahaan partai besar.Persediaan meliputi barang- barang nyata yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali.
Macam – macam Persediaan
a.      Persediaan Barang Dagangan untuk perusahaan dagang.
b.      Perusahaan industri berupa  persediaan bahan metah, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi

Arti Penting Persediaan
Persediaan mempunyai arti penting dalam perusahaan karena mempunyai kedudukan ganda yaitu sebagai unsure harga pokok penjualan  di dalam Laporan Laba Rugi dan sebagai unsur aset lancar di dalam Laporan Posisi Keuangan.
Persediaan merupakan barang yang diperoleh untuk dijual kembali atau bahan untk diolah menjadi barang jadi atau barang jadi yang akan dijual atau barang yang akan digunakan. Persediaan ini dapat dicatat dengan dua sistem yaitu: Sistem Periodik dan Sistem Perpetual.
Dalam Metode Perpetual, pada waktu membeli barang dibuat jurnal yang men-debet akun Persediaan Barang Dagangan dan meng-kredit akun Hutang atau Kas. Pada waktu menjual barang dibuat jurnal yang mendebet akun Harga Pokok Penjualan dan mengkredit akun Persediaan sehingga akun Persediaan akan menunjukkan harga pokok dari persediaan yang ada di gudang.
Jika menggunakan Sistem Periodik, jika ada penjualan barang tidak dibuat jurnal untuk harga pokok dari barang yang dijual di bagian akuntansi.Pada akhir tahun, persediaan yang ada di gudang penyimpanan dihitung jumlah kuantitasnya dan ditentukan nilai/harga belinya.Untuk menentukan persediaan yang dipakai/dijual, persediaan yang pernah ada (persediaan awal ditambah pembelian selama satu periode) dikurangi dengan persediaan akhir periode.Kemudian dibuat dua ayat jurnal penyesuaian.Jurnal yang pertama mendebet akun Ikhtisar Laba Rugi dan mengkredit akun Persediaan sejumlah persediaan awal.Jurnal yang kedua didasarkan atas hasil inventarisasi fisik barang pada akhir tahun.Jurnalnya mendebet akun Persediaan Barang Dagangan dan mengkredit akun Ikhtisar Laba Rugi.Ayat jurnal ini dibuat sekaligus dalam satu periode.

B.       METODE PENCATATAN PERSEDIAAN
Untuk mencatat jumlah persediaan di dalam perusahaan ada 2 cara :
a)     Metode Fisik atau Periodik
Dalam metode ini jumlah persediaan akhir periode ditentukan dengan cara perhitungan secara fisik, sehingga besarnya persediaan hanya diketahui setiap akhir periode setelah dilakukan perhitungan fisik.
b)     Metode Perpetual atau Mutasi
Dalam metode ini perusahaan selalu mengadakan pencatatn baik pembelian, pemakaian dan penjualan, sehingga setiap saat dapat diketahui secara tertulis jumlah persediaan dan mutasinya.


A.       PERHITUNGAN PERSEDIAAN
Setiap akhir periode perusahaan melakukan penilaian atas persediaan guna kepentingan penyusunan laporan keuangan. Persediaan pada dasarnya dinilai  berdasarkanharga perolehan, akan tetapi masih ada penilaian yang lain yaitu berdasarkan taksiran dan harga pasar yang lebih rendah antara harga pasar dan harga pokok.

Metode – metode Perhitungan Persediaan
Untuk menghitung harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan akhir dari suatu perusahaan ada empat metode yang diperbolehkan SAK yaitu
a)     Harga Pokok Spesifik.
Metode ini dipakai untuk persediaan yang dapat diidentifikasikan secara individual, missal mobil, sepeda motor dan televisi.
b)     Rata – rata Tertimbang
Dalam metode ini nilai persediaan ditetapkan berdasarkan rata-rata tertimbang dari seluruh barang yang ada baik persediaan awal maupun pembelian dan yang dijadikan penimbang adalah kuantitas barang yang dibeli.
c)      Masuk Pertama Keluar Partama.
Metode ini mengaggap bahwa biaya mengalir seperti suatu barisan yang pertama masuk pertama pula keluar, sehingga persediaan akhir dalam metode ini mempunyai harga sama dengan pembelian terakhir.
d)     Masuk Terakhir Keluar Pertama
Dalam metode ini diasumsikan bahwa barang yang masuk terakhir aliran biayanya akan keluar pertama, sehingga persediaan akhir adalah barang – barang yang tersedia awal periode.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas untuk metode – metode tersebut, berikut ini diberikan contoh mengenai persediaan dan pembelian – pembelian suatu perusahaan selama bulan Januari  :
Berikut ini adalah ilustrasi jurnal untuk sistem perpetual dan sistem periodic, namun belum mencakup seluruh transaksi berkaitan dengan persediaan, seperti pembayaran ongkos angkut, penerimaan dan pemberian diskon.
Transaksi
Sistem Periodik
Sistem Perpetual
1.
Membeli barang dagangan secara kredit Rp 10.000
Pembelian
Hutang
10.000

 
10.000
Persediaan Brg Dag
Hutang
10.000

 
10.000
2.
Retur pembelian Rp 500
Hutang
Retur Pembelian
500

 
500
Hutang
Persediaan Brg Dag
500

 
500
3.
Terdapat barang yang dijual. Harga jual Rp 4.000 dan harga pokok barang Rp 1.500
Piutang/Kas
Penjualan
4.000

 
4.000
Piutang/Kas
Penjualan
HPP
Persediaan Brg Dag
4.000

 
1.500

 
4.000

 
1.500
4.  
Pada akhir tahun 
Mutlak harus dilakukan inventarisasi fisik karena tanpa inventarisasi fisik barang, tidak dapat diketahui persediaan yang ada
Tanpa inventarisasi sudah dapat diketahui persediaan, namun inventarisasi perlu dilakukan 
Misalkan menurut perhitungan fisik pada akhir tahun saldo persediaan Rp 200 dan pada awal tahun Rp 150.

 
Ikhtisar L/R
Persediaan B.D.

 
Persediaan B.D
Ikhtisar L/R

 
150

 

 
200

 

 
150

 

 
200
Jika hasil inventarisasi fisik tidak sama dengan saldo rekening persediaan, perusahaan perlu membuat jurnal, jika sama tidak perlu membuat jurnal.

B.       Menentukan Cost Dari Persediaan Akhir
Jika perusahaan sering membeli barang dan harga beli masing-masing pembelian berbeda, maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam menentukan harga pokok barang yang dipakai/dijual dan harga pokok barang yang masih ada di gudang.
Sebagai contoh data persediaan barang dagangan untuk bulan Januari 2012 sebagai berikut:
Januari 1 Persediaan                 200 unit @ $10 = $2,000
             12 Pembelian                  400 unit @ $12 = $4,800
             26 Pembelian                 300 unit @ $11 = $3,300
             30 Pembelian                 100 unit @ $13 = $1,300
Setelah dilakukan inventarisasi fisik, jumlah pesediaan per 31 Januari 2012 adalah 300 unit. Tentukan:
a)     Persediaan per 31 Januari 2012
b)     Harga pokok persediaan yang dijual dalam bulan Januari 2012.
Barang yang tersedian untuk dijual selama bulan Januari adalah 200 + 400 + 300 + 100 = 1.000 unit, maka barang yang dijual adalah 1.000 – 300 = 700 unit. Karena harga belinya berbeda-beda, maka perlu asumsi arus barang yang akan digunakan sebagai dasar penentuan harga pokok barang yang dijual dan persediaan akhir sebagai berikut:
1)      FIFO (First In First Out), barang yang masuk terlebih dahulu dianggap yang pertama kali dijual/keluar sehingga persediaan akhir akan berasal dari pembelian yang termuda/terakhir.
2)      LIFO (Last In First Out), barang yang terakhir masuk dianggap yang pertama kali keluar, sehingga persediaan akhir terdiri dari pembelian yang paling awal.
3)     Rata-rata (Everage), pengeluaran barang secara acak dan harga pokok barang yang sudah digunakan maupun yang masih ada ditentukan dengan cara dicari rata-ratanya.
Penerapan asumsi ini berlaku baik dalam sistem periodik maupun dalam sistem perpetual.
1)       Jika perusahaan menggunakan Sisem Periodik
a.    FIFO
Dengan metode ini jumlah barang yang digunakan sebanyak 700 unit   diasumsikan berasal dari barang yang pertama kali dibeli, yaitu:
    200 unit                                  @ $10 = $2,000
    400 unit                                 @ $12 = $4,800
    100 unit                                  @ $13 = $  1,300
    Harga pokok penjualan           $8,100
Selanjutnya persediaan yang 300 unit dianggap dari pembelian tanggal 26 dan 30 Januari 2012 dengan rincian sebagai berikut:
200   unit                          @ $11 = $2,200
100 unit                           @ $13 = $1,300
    Persediaan akhir                        $3,500

b.        LIFO
Dengan metode ini jumlah barang yang dijual sebanyak 700 unit diasumsikan berasal dari barang yang terakhir dibeli, yaitu:
100 unit                        @ $13 = $1,300
300 unit                       @ $11 = $3,300
300 unit                       @ $12 = $3,600
Harga pokok penjualan        $8,200
Selanjut persediaan akhir 300 unit dianggap berasal dari pembelian tanggal 1 dan 12 Januari 2012, yaitu:
200 unit                                        @ $10 = $2,000
100 unit                                        @ $12 = $1,200
Persediaan akhir                                     $3,200

c.    Metode Rata-rata
Untuk menghitung persediaan akhir dan harga pokok penjualan perlu dibuat perhitungan sebagai berikut:

Tanggal
Keterangan
Unit
Harga per Unit
Jumlah
Jan 1
Persediaan
200
$10
$2,000
12
Pembelian
400
$12
$4,800
26 
Pembelian 
300
$11 
$3,300 
30 
Pembelian 
100 
$13 
$1,300 
Jumlah 
1,000 

$11,400 
Rata-rata = $11,400 : 1,000 
$11.4 
Harga pokok penjualan = 700 x $ 11.4 = $7,980
Persediaan akhir = 300 x $11.4 = 3,240
1)       Jika perusahaan menggunakan Sistem Perpetual
Jika perusahaan menggunakan sistem perpetual, penentuan harga pokok barang yang dijual dan persediaan akhir dilakukan setiap perusahaan menjual barang.Untuk mempermudah pekerjaan menentukan harga pokok ini digunakan suatu kartu yang lazim disebut Kartu Persediaan.Satu jenis barang disediakan satu Kartu.Dengan demikian sistem ini baru cocok untuk persediaan yang nilainya tinggi.
Misalkan atas satu jenis barang diperoleh informasi sebagai berikut:
    Tanggal 
Keterangan 
Unit 
Harga Beli per Unit 
Jan. 1
Persediaan 
200 
$10 
12
Pembelian
400 
$12 
17
Dijual 
300 

26
Pembelian 
300 
$11 
27
Dijual 
200 

28
Dijual 
300 

30
Pembelian 
100 
$13 

Berikut ini hanya diberikan contoh metode FIFO:

 
Tgl

 
Ket
Dibeli
Dipakai
Persediaan
Unit
Cost
Jumlah
Unit
Cost
Jumlah
Unit
Cost
Jumlah
Jan 1
Persediaan






200
10
2,000
12
Pembelian 
400
12
4,800



200
400
10
12
2,000
4,800
17
Dijual 



200
100
10
12
2,000
1,200
300
12
3,600
26
Pembelian 
300
11
3,300



300
300
12
11
3,600
3,300
27
Dijual 



200
12
2,400
100
300
12
11
1,200
3,300
28
Dijual



100
200
12
11
1,200
2,200
100
11
1,100
30
Pembelian 
100
13
1,300



100
100
11
13
1,100
1,300

A.       MENAKSIR COSTPERSEDIAAN
Kadangkala situasi tidak memungkinkan dilakukan penghitungan fisik atau sistem perpetual sangat mahal untuk diterapkan. Suatu supermarket dengan beribu macam jenis persediaan mungkin akan terganggu operasionalnya jika setiap bulan harus melakukan penghitungan fisik persediaan dalam rangka menyusun laporan keuangan bulanan. Perusahaan asuransi dalam menentukan besarnya kerugian atas persediaan yang terbakar tidak mungkin menghitung secara fisik barang yang terbakar karena barangnya sudah rusak bahkan habis.
Keadaan di atas mendorong dilakukan penaksiran cost dari persediaan. Terdapat dua metode yang sering digunakan yaitu metode harga ecerandan metode laba kotor.
a.         Metode Harga Eceran
Cost persediaan ditentukan dengan mengkonversi persediaan menurut harga eceran menjadi cost dengan mengggunakan prosentase cost terhadap harga eceran.
Harga Pokok (Cost)                  Harga Eceran
Persediaan 1 Januari 2011                                  $ 60,000                                         $ 100,000
Pembelian Januari 2011                                      $ 540,000                                       $ 900,000
Barang tersedia untuk dijual                                           $ 600,000                                      $ 1,000,000
% Cost thd Harga Eceran=
(600,000 : 1,000,000) x 100% = 60%
Penjualan                                $ 700,000
Persediaan akhir                            $ 300,000
Nilai cost persediaan akhir = 60% x $ 300,000 = $ 180,000

b.        Metode Laba Kotor
Persediaan akhir ditentukan dengan cara persediaan awal ditambah dengan pembelian selama satu periode kemudian dikurangi dengan harga pokok barang yang dijual pada periode yang bersangkutan. Untuk menentukan harga pokok penjualan, penjualan yang telah dicatat dalam rekening penjualan dikurangi dengan laba kotornya.Umumnya laba kotor ini sudah diketahui %-nya.Jika belum diketahui, % laba kotornya digunakan % laba kotor tahun-tahun sebelumnya. Misalkan persediaan awal tahun 2011 $ 100,000 pembelian selama bulan Januari $ 1,200,000 dan penjualan selam bulan Januari menurut rekening buku besar $ 90,000 dan laba kotor 20% dari harga jual, maka persediaan akhir dapat dihitung sebagai berikut:
                             Persediaan 1 Januari 2011                                $ 100,000
                             Pembelian Januari 2011                                   $ 1,200,000
                             Barang tersedia untuk dijual                        $ 1,300,000
                             Penjualan                                                                    $ 900,000
                             Laba Kotor (20% x $ 900,000)                          $ 180,000
                             Harga pokok barang yang dijual                     $ 720,000
                             Persediaan akhir                                                  $580,000
 
B.            Menyajikan Nilai Persediaan Di Neraca
Nilai yang disajikan di neraca dpat saja nilai costnya seperti yang telah ditentukan dengan berbagai asumsi arus barang.Nilai yang disajikan di neraca dapat juga nilai pasarnya. Atau dapat juga dipilih yang terendah antara cost dengan harga pasarnya.
Biasanya nilai yang disajikan di neraca adalah nilai yang terendah antara cost dengan harga pasarnya. Misalnya dalam perusahaan mempunyai persediaan dengan cost $ 1,000. Pada akhir tahun harga pasar dari persediaan tersebut adalah $ 900, maka yang disajikan di neraca adalah $ 900.Jika harga pasar barang tersebut adalah $ 1,100, maka yang disajikan di neraca adalah costnya yaitu $ 1,000.
Yang dimaksud dengan cost adalah pasar harga yang tidak lebih tinggi dari ceiling dan tidak boleh lebih rendah dari floor. Ceiling adalah taksiran harga jual dikurangi dengan taksiran biaya penjualan barang tersebut.Floor adalah ceiling dikurangi dengan laba normal. Misalkan perusahaan telah menaksir biaya penjualan adalah 2% dari harga jual dan laba kotor yang normal bagi perusahaan itu adalah 20% dari harga jual maka berikut ini diberikan beberapa kemungkinan sebagai berikut:



 
Kasus

Cost
($) 
Market 

 
COMWIL
($)
Replacement
Cost ($) 
Floor
($) 
Ceiling
($) 
Market
($) 
A
.65
.70
.55
.80
.70
.65
B
.65
.60
.55
.80
.60
.60
C
.65
.50
.55
.80
.55
.55
D
.50
.45
.55
.80
.55
.50
E
.75
.85
.55
.80
.80
.75
F
.90
1.00
.55
.80
.80
.80
Dalam kasus Areplacement cost berada di antara floor dan ceiling, oleh karena itu replacement cost akan mewakili market untuk dibandingkan dengan cost yaitu $ .65. Ternyata cost $.65 lebih rendah dari market ($.70) oleh karena itu harga yang dilaporkan adalah cost nya yaitu $ .65.
Dalam kasus B, replacement cost yang $.60 berada di antara ceiling, dan floor oleh karena itu replacement cost dapat mewakili market kemudian dibandingkan dengan cost $.65. Ternyata market lebih rendah, maka yang disajikan di neraca adalah market.
Dalam Kasus C, replacement cost $.50 ternyata dibawah floor maka market diwakili oleh floor, kemudian dibandingkan dengan cost, ternyata floor lebih rendah, maka yang disajikan di neraca adalah floor
Dalam kasus D, replacement cost di bawah floor, maka market diwakili oleh floor dan dibandingkan dengan cost. Ternyata cost lebih rendah, maka yang disajikan di neraca adalah cost. Begitu juga kasus E.
Dalam kasus F, replacement cost di atas ceiling, sehingga ceiling, mewakili market dan dibandingkan dengan cost, ternyata lebih rendah, sehingga yang disajikan di neraca adalah ceiling,.

 

UJI COBA MANDIRI

UCM -1
Berikut ini disajikan data persediaan dari PT. DANONE AQUA untuk bulan Januari 2013:
Tanggal
Keterangan
Unit
Harga per Unit
Jan 1
Persediaan
10
$50
5
Pembelian
20
$55
10 
Pembelian
30 
$60 
15 
Penjualan 
15 

20 
Pembelian 
20 
$65 
25 
Penjualan 
25 


Diminta:
a)     Susun kartu persediaan dengan metode FIFO, LIFO, dan Average.
b)     Buat jurnal transaksi tanggal 15 dan 25 Januari dengan masing-masing metode di atas.

UCM -2
Persediaan per 1 Januari 2010 at cost Rp 6.000.000,00 sementara itu harga ecerannya Rp 10.000.000,00. Pembelian bulan Januari Rp 30.000.000,00, kemudian ditetapkan harga ecerannya Rp 50.000.000,00. Menurut data penjualan dari pita yang ada pada cash register, penjualan selama bulan Januari Rp 40.000.000,00. Berdasarkan informasi di atas, tentukan cost persediaan akhir dengan menggunakan metode harga eceran.

UCM -3
Persediaan pada tanggal 1 Januari 2012 Rp 2.000.000,00. Selama bulan Januari perusahaan telah membeli barang dengan harga Rp 10.000.000,00. Penjualan bulan Januari sebesar Rp 11.000.000,00. Laba kotor ditetapkan oleh perusahaan sebesar 25% dari harga jual. Berdasarkan data di atas, tentukan cost persediaan akhir dengan menggunakan metode laba kotor.

__________________________________________________________________________

BAB IV
AKTIVA TETAP – PEROLEHAN & DEPRESIASI

Tujuan Instruksional Umum :
Setelah menyelesaikan kuliah ini mahasiswa dapat melakukan pencatatan untuk Aset Tetap  dan Depresiasi Aset Tetep sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat :
1.         Menidentifikasikan elemen-elemen biaya dalam aset tetap.
2.         Menerangkan dasar dasar depresiasi
3.        Menghitung depresiasi dengan menggunakan empat metode yaitu metode garis lurus, jumlah unit produksi, saldo menurun berganda dan jumlah angka-angka ta
4.        Mengidentifikasikan metode depresiasi yang terbaik untuk perhitungan pajak.

A.       Pengertian Aktiva Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain atau tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi. (PSAK No 16).

Biaya Perolehan (Cost) Dari Aset
Jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh sebuah aset pada saat perolehan atau konstruksi.
Komponen Biaya Perolehan Aset :
a.      Harga perolehan meliputi bea impor dan pajak pembelian
b.      Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung meliputi biaya imbalan kerja, biaya penyiapan lahan, biaya penyerahan awal, biaya perakitan, biaya uji coba dan komisi profesional.
c.       Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.


B.   Klasifikasi Aktiva Tetap
Aktiva tetap diklasifikasikan  dalam :
1)      Tanah
Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membeli tanah terdiri dari harga beli, komisi untuk maklar, biaya notaris dan biaya-biaya lainnya.
2)      Bangunan
Biaya untuk mendirikan bangunan terdiri  dari biaya ijin bangunan, biaya arsitek, biaya kontraktor. Jika membeli bangunan yang sudah jadi terdiri dari harga beli, PPN, komisi dan pajak-pajak lain.
3)     Mesin-mesin dan Peralatan lain
Biaya pembelian terdiri dari harga beli, biaya pemasangan, biaya transportasi sampai mesin / peralatan tersebut siap untuk digunakan.
4)     Perbaikan tanah.
Meliputi biaya pembuatan pagar, biaya pembuatan jalan, parkir.

C.        Masalah Khusus dalam Penentuan Biaya Perolehan
Pembelian dalam satu paket (Lump Sum) : Pembelian beberapa jenis aset tetap yang dibeli secara bersama-sama dalam satu transaksi.
Contoh :
PT. SASAKE LOMBOK pada tanggal 10 Mei 2013 membeli sebuah pabrik yang terdiri dari gedung, tanah dan mesin seharga Rp 120.000.000,-. Harga pasar masing-masing aset : Gedung Rp 30.000.000,-Tanah Rp 100.000.000,- dan mesin Rp 20.000.000,-
Jenis
Hrg. Pasar
% Hrg Pasar
%  x Hrg Beli
Alokasi Hg Beli
Tanah
Gedung
Mesin
Rp100.000.000,-
Rp  30.000.000,-
Rp  20.000.000
66,67%
20 %
13,33%
66,67% x 120.000.000
20 % x 120.000.000
13,33% x  120.000.000
Rp80.000.000,-
Rp24.000.000,-
Rp16.000.000,-

Rp150.000.000
100   %

Rp120.000.000
Jurnal 10 Mei 2013
Tanah                                  Rp 80.000.000,-
Gedung                              Rp 24.000.000,-
Mesin                                  Rp 16.000.000,-
Kas                                               Rp 120.000.000,-


A.       Depresiasi AktivaTetap
Depresiasi adalah proses mengalokasikan harga perolehan dari aset tetap menjadi beban pada suatu periode.
Pengukuran Depresiasi :
1)      Biaya perolehan
Jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh sebuah aset pada saat perolehan atau konstruksi.
2)      Perkiraan umur kegunaan / ekonomis
Periode dimana perusahaan dapat memanfaatkan aset tersebut. Umur kegunaan ditetapkan dalam jumlah tahun, jumlah unit produksi, jumlah kilometer yang ditempuh dan ukuran-ukuran lain.
3)     Perkiraan nilai sisa / residu
Nilai kas yang diharapkan dari aset tersebut pada akhir masa kegunaannya.

Metode Depresiasi :
a)     Metode garis lurus.
b)     Metode jumlah unit produksi
c)      Metode saldo menurun berganda
d)     Metode jumlah angka-angka tahun
Penjelasan :
a)   Metode garis lurus
Perusahaan akan mencatat beban  depresiasi ditetapkan sama untuk setiap periode.
Depresiasi  pertahun  =   HP   -   NS
                                       Umur Kegunaan
Contoh :
Harga perolehan Mesin                          Rp  41.000.000,-
Perkiraan nilai sisa                                     Rp    1.000.000,-
Hrg Perolehan yg Didepresiasikan   Rp  40.000.000,-
Perkiraan umur mesin                             5 tahun
Jumlah unit produksi                                                        100.000 unit
Depresiasi per tahun    =  Rp 41.000.000 - Rp 1.000.000
                                                            5 tahun
                                    =  Rp 8.000.000,-
Jurnal :
Biaya Depresiasi Mesin          Rp 8.000.000
                        Akumulasi Dep.  Mesin              Rp 8.000.000,-

b)       Metode Jumlah Unit Produksi
Suatu jumlah tertentu (yang tetap) dibebankan pada setiap unit produksi yang dihasilkan oleh aset tetap yang digunakan.
Menghitung taksiran jumlah unit yang dihasilkan selama masa kegunaan A.T.
Depresiasi per unit      =    HP      -           NS
                                          Unit Produksi selama umur kegunaan
                                     =   Rp 41.000.000  -  Rp 1.000.000
                                                             100.000 unit
=   Rp 400,-
Misal :
Th 1 = 20.000 unit, Th 2 = 30.000 unit, Th 3 = 25.000 unit, Th 4 = 15.000 unit,
Th 5 = 10.000 unit




Tabel Depresiasi Mesin
Metoda Jumlah Unit Produksi
Perhitungan
Akhir Tahun
Th
Unit Produksi
Dep. per Unit
Biaya Dep. Per Tahun
Akumulasi Depresiasi
Nilai Buku

1
2
3
4
5

20.000
30.000
25.000
15.000
10.000

Rp 400,-
Rp 400,-
Rp 400,-
Rp 400,-
Rp 400,-

  8.000.000
12.000.000
10.000.000
  6.000.000
  4.000.000

  8.000.000
 20.000.000
 30.000.000
 36.000.000            
40.000.000
41.000.000
33.000.000
21.000.000
11.000.000
 5.000.000
 1.000.000

c)        Metode Saldo Menurun Berganda
Merupakan metode depresiasi yang dipercepat, dimana akan memberikan beban depresiasi yang lebih besar  padaperiode awal pemakaian aset tetap tersebut. Metode ini menghitung beban depresiasi perperiode dengan mengalikan nilai buku aset tetap dengan persentasi tertentu. 

Tabel Depresiasi Mesin
Metode Saldo Menurun Berganda
Perhitungan
Akhir Tahun
Th
H.P Didep.
Tarif Dep.
Biaya Dep. Per Tahun
Akumulasi Depresiasi
Nilai Buku

1
2
3
4
5

41.000.000
24.600.000
14.760.000
  8.856.000
  5.314.000

40 %
40 %
40 %
40 %

16.400.000
  9.840.000
  5.904.000
 3.542.000                      
4.314.000

16.400.000
26.240.000
32.144.000
35.686.000
40.000.000
41.000.000
24.600.000
14.760.000
  8.856.000
  5.314.000
  1.000.000

d)       Metode Jumlah Angka-Angka Tahun
Metode ini dihitung dengan mengalikan biaya perolehan yang dapat didepresiasi dengan suatu angka tertentu. Penyebut dari angka ini adalah jumlah dari umur kegunaan. Misalkan umur kegunaan 5 tahun maka penyebutnya adalah 15 (1+2+3+4+5)

Tabel Depresiasi Mesin
Metode Jumlah Angka-Angka Tahun
Perhitungan
Akhir Tahun
Th
H.P Didep
Tarif Dep.
Biaya Dep. Per Tahun
Akumulasi Depresiasi
Nilai Buku

1
2
3
4
5

40.000.000
40.000.000
40.000.000
40.000.000
40.000.000

5/15
4/15
3/15
2/15
1/15

13.333.000
10.667.000
  8.000.000
 5.333.000
 2.667.000
13.333.000
24.000.000
32.000.000
37.333.000
40.000.000
41.000.000
27.667.000
17.000.000
9.000.000            3.667.000
 1.000.000

Bila aktiva tidak dibeli pada awal tahun
Contoh :  
Mesin dibeli pada tanggal 1 April 2010, depresiasi tahun pertama adalah Rp 13.333.000,-
Biaya Depresiasi
2010                      9/12 x Rp 13.333.000                  =  Rp  9.999.750,-

2011                       3/12 x Rp 13.333.000                  =  Rp  3.333.250,-
                        9/12 x Rp10.667.000                  =  Rp  8.000.250,-                                                                            Rp11.333.500,
Jurnal 31 Desember 2010                                                                   
            Biaya Depresiasi Mesin           Rp 9.999.750,-
                        Akumulasi Depresiasi Mesin               Rp 9.999.750,-








Perbandingan antar Metode Depresiasi
Tahun
Garis Lurus
Jumlah Unit
Produksi
Depresiasi yg dipercepat
Saldo Menurun
Berganda
Jumlah Angka -Angka Tahun
1
2
3
4
5
Rp  8.000.000,-
Rp  8.000.000,-
Rp  8.000.000,-
Rp  8.000.000,-
Rp  8.000.000,-
Rp  8.000.000,-
Rp12.000.000,-
Rp10.000.000,-
Rp  6.000.000,-
Rp  4.000.000,-
Rp16.400.000
Rp   9.840.000
Rp   5.904.000
Rp   3.542.000
Rp   4.314.000
Rp13.333.000,-
Rp10.667.000,-
Rp  8.000.000,-
Rp  5.333.000,-
Rp  2.667.000,-

Rp 40.000.000
Rp 40.000.000
Rp 40.000.000
Rp 40.000.000

SAK menyarankan perusahaan memilih metode depresiasi yang dapat memadukan pendapatan dengan beban yang dikeluarkan perusahaan.
Revisi Atas Depresiasi Periodik
Apabila faktor fisik atau fungsi menunjukkan bahwa depresiasi tahunan terlalu
rendah atau tinggi.Waktu perubahan Depresiasi
§  Tidak diadakan koreksi atas biaya depresiasi yang telah dicatat
§  Biaya depresiasi untuk tahun ini dan tahun-tahun berikutnya dirubah.
Contoh  :
PT.memiliki almari dengan harga perolehan Rp 800.000,-, umur ekonomis 8 tahun (Garis Lurus) tanpa nilai residu. Jadi depresiasi pertahun Rp 100.000,-. Setelah berjalan 2 tahun , alamari tersebut masih dapat digunakan selama 10 tahun lagi. Perusahaan perlu memperbaharui biaya depresiasinya.
Nilai Buku  A.T          :  Perkiraan umur A.T yang baru     = Biaya Dep. Baru
Rp 600.000,-            :  10                                                     =  Rp 60.000,-

UJI COBA MANDIRI

UCM -1
PT. SENGGIGI BEACH membeli 4 unit mesin dengan harga beli per Unit Rp 30.000.000,- Sebelum mesin dioperasikan, perusahaan mengeluarkan uang untuk tiap-tiap mesin Rp 1.500.000,- untuk pemasangan dan uji coba mesin, dan Rp 500.000,- penambahan bagian mesin. PT. SENGGIGI BEACH memperkirakan mesin tersebut dapat dioperasikan secara normal selama 6 tahun dan mempunyai nilai residu Rp 7.000.000,- per unit mesin. Metode depresiasi yang dipakai adalah jumlah angka-angka tahun. Empat unit mesin tersebut mulai dioperasikan tanggal 3 Maret 2009.
Diminta :
a)     Hitunglah dan buatlah jurnal untuk mencatat depresiasi tahun 2009 dan 2010
b)     Bagaimana penyajian dalam Laporan Posisi Keuangan per 31 Desember 2009 dan 2010.

UCM -2
PT. HOTEL LOMBOK RAYA membeli  sebuah  mesin dengan harga beli Rp 42.000.000,- Sebelum mesin dioperasikan, perusahaan mengeluarkan uang Rp 1.600.000,- untuk pemasangan dan uji coba mesin, dan Rp 900.000,- penambahan bagian mesin. PT. HOTEL LOMBOK RAYA  memperkirakan mesin tersebut dapat dioperasikan secara normal selama 6 tahun dan mempunyai nilai residu Rp 14.000.000,-. Metode depresiasi yang dipakai adalah  Saldo Menurun Berganda. Mesin tersebut mulai dioperasikan tanggal 1 Juni  2012.
Diminta :
a)     Hitunglah dan buatlah jurnal untuk mencatat depresiasi tahun 2012 dan 2013
b)     Bagaimana penyajian dalam Laporan Posisi Keuangan per 31 Desember 2012 & 2013
Hitung dan buatlah jurnalnya jika pada tanggal 5 Maret 2014 mesin tersebut dijual dengan harga jual  Rp 19.000.000,-

_____________________________________________________________________

BAB V
UTANG JANGKA PENDEK& UTANG JANGKA PANJANG

Tujuan Instruksional Umum :
Setelah menyelesaikan kuliah ini mahasiswa dapat melakukan pencatatan untuk untuk hutang jangka pendek dan jangka panjang meliputi utang jangka pendek yang jumlahnya dapat diketahui, utang jangka pendek yang jumlahnya belum dapat ditetapkan dan utang- utang bersyarat.

Tujuan Instruksional Khusus :
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat :
1.         Mengidentifikasikan jenis jenis utang jangka pendek dan jangka panjang
2.         Menghitung  dan menaksir utang jangka pendek dan jangka panjang  yang jumlahnya belum dapat ditentukan.
3.        Melakukan pencatatan untuk utang jangka pendek dan jangka panjang

A.       UTANG JANGKA PENDEK
1.        Pengertian Akuntansi Utang Jangka Pendek
Suatu kewajiban akan dikelompokan sebagai utang jangka pendek apabila pelunasannya akan dilakukan dengan menggunakan sumber – sumber aset lancar atau dengan menimbulkan utang jangka pendek yang baru.

Kewajiban

Kewajiban jangka pendek



Pelunasan < 1 th

-          Utang dagang / usaha
-          Utang wesel       
-          Utang obligasi yang jatuh tempo
                                                                                    kurang dr 1 th.          
-          Utang hipotik yang jatuh tempo
                                                                                    kurang dr 1 th.          
-          dll

Kewajiban jangka panjang
Pelunasan > 1 th
 



- Utang bank jangka panjang
- Utang hipotik
- Utangobligasi
- Utang wesel jangka panjang
- dll
Kewajiban (utang) jangka pendek


Tidak ada komentar:

Posting Komentar