Cari Blog Ini

Senin, 28 November 2016

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (TRAINING DAN ORIENTASI)



PEMBAHASAN

A.      Pengertian Training
Training (Pelatihan) adalah aktifitas yang dirancang untuk memberi para pembelajar pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka saat ini. Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, rutin dan terinci. Serta menyiapkan karyawan untuk melakukan pekerjaan sekarang.
Tujuan diadakan training/ pelatihan yang diselenggarakan organisasi/perusahaan terhadap SDM karena ,menginginkan adanya perubahan dalam prestasi kerja SDM sehingga dapat sesuai dengan tujuan perusahaan. Jadi sebelum melakukan pelatihan akan dijelaskan terlebih dahulu tujuan perusahaan tersebut.

B.       Pengertian Orientasi
Orientasi adalah pengenalan dan adaptasi terhadap suatu situasi atau lingkungan. Dimaksud orientasi disini adalah pengembangan dan pelatihan awal bagi para karyawan baru yang memberi mereka informasi bagi perusahaan, pekerjaan, maupun kelompok kerja.   Pengenalan dan orientasi perlu diprogamkan karena adanya sejumlah aspek khas yang muncul pada saat seseorang memasuki lingkungan kerja yang baru.

Materi-materi yang diberikan pada masa orientasi kepada para SDM/ Karyawan baru meliputi :
Profil organisasi termasuk didalamnya sejarah berdirinya perusahaan, visi dan misi yang ingin dicapai perusahaan, struktur organisasi perusahaan berikut para pemangku jabatan pada seluruh departemen yang perlu diketahui.
  Peraturan-peraturan dan berbagai kebijakan perusahaan dalam hubungannya dengan hak dan kewajiban karyawan.
  Berbagai fasilitas yang mungkin dapat digunakan atau tidak boleh digunakan oleh karyawan.
Pengenalan kondisi lingkungan kerja dimana karyawan tersebut akan berja seperti siapa yang menjadi atasanlangsung,atasan tidak langsung, rekan kerja, bawahan, kondisi ruangan kerja, dan fasilitasnya.
♦  Pengenalan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh SDM yang bersangkutan sesuai dengan job description.

C.                Tujuan orientasi :
  Menutupi gap antara kecakapan pegawai degan permintaan pekerjaan/jabatan
Mengurangi waktu yag dibutuhkan untuk penyesuaian diri dengan pekerjaan yang dihadapi
  Meningkatkan prestasi kerja dalam pelaksanaan tugas
  Membentuk sikap dan tingkah laku yang diharapkan dalam pelaksanaan
  Membantu memecahkan masalah operasional perusahaan sehari-hari, seperti mengurangi absen, mengurangi kecelakaan kerja, dll.
  Mempersiapkan pegawai utk memperoleh keahlian tertentu yang dibutuhkan perusahaan di masa depan.
  Menambah nilai bagi pegawai.
D.      Hakikat Training
Menurut Gomes (1997 : 197), “Training (Pelatihan) adalah setiap usaha untuk memperbaiki prestasi kerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya. Idealnya, pelatihan harus dirancang untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi, yang pada waktu bersamaan juga mewujudkan tujuan-tujuan para pekerja secara perorangan. Pelatihan sering dianggap sebagai aktivitas yang paling umum dan para pemimpin mendukung adanya pelatihan, karena melalui pelatihan para pekerja menjadi lebih terampil dan karenanya akan lebih produktif. Sekalipun manfaat-manfaat tersebut harus di perhitungkan dengan waktu yang tersita ketika pekerja sedang di latih”.
Training (Pelatihan) menurut Gary Dessler (1997 : 263) adalah “Proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka”.
Sedangkan menurut John R. Schermerhorn, Jr (1999 : 323), Training/Pelatihan merupakan “ Serangkaian aktivitas yang memberikan kesempatan untuk mendapatkan dan meningkatkan keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan”.
Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia perhotelan.Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.

E.       Analisa Training
Secara umum analisis kebutuhan pelatihan didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data dalam rangka mengidentifikasi bidang-bidang atau faktor-faktor apa saja yang ada di dalam perusahaan yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki agar kinerja pegawai dan produktivitas perusahaan menjadi meningkat. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh data akurat tentang apakah ada kebutuhan untuk menyelenggarakan pelatihan.
Mengingat bahwa pelatihan pada dasarnya diselenggarakan sebagai sarana untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gap (kesenjangan) antara kinerja yang ada saat ini dengan kinerja standard atau yang diharapkan untuk dilakukan oleh si pegawai, maka dalam hal ini analisis kebutuhan pelatihan merupakan alat untuk mengidentifikasi gap-gap yang ada tersebut dan melakukan analisis apakah gap-gap tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan melalui suatu pelatihan. Selain itu dengan analisis kebutuhan pelatihan maka pihak penyelenggara pelatihan (HRD atau Diklat) dapat memperkirakan manfaat-manfaat apa saja yang bisa didapatkan dari suatu pelatihan, baik bagi peserta pelatihan sebagai individu maupun bagi perusahaan.
Jika ditelaah secara lebih lanjut, maka analisis kebutuhan pelatihan memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah:
 Memastikan bahwa pelatihan memang merupakan salah satu solusi untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja pegawai dan produktivitas perusahaan
  Memastikan bahwa para peserta pelatihan yang mengikuti pelatihan benar-benar orang-orang yang tepat
  Memastikan bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan selama pelatihan benar-benar sesuai dengan elemen-elemen kerja yang dituntut dalam suatu jabatan tertentu
  Mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih sesuai dengan tema atau materi pelatihan
  Memastikan bahwa penurunan kinerja atau pun masalah yang ada adalah disebabkan karena kurangnya pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap kerja; bukan oleh alasan-alasan lain yang tidak bisa diselesaikan melalui pelatihan
  Memperhitungkan untung-ruginya melaksanakan pelatihan mengingat bahwa sebuah pelatihan pasti membutuhkan sejumlah dana.

F.       Manfaat Training
Pelatihan (Training)  mempunyai andil besar dalam menentukan efektifitas dan efisiensi organisasi. Beberapa manfaat nyata yang ditangguk dari program pelatihan dan pengembangan (Simamora:2006:278) adalah:
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas.
2. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar kinerja yang dapat diterima.
3. Membentuk sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih menguntungkan.
4. Memenuhi kebutuhan perencanaan semberdaya manusia
5. Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja.
6. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.
Manfaat di atas membantu baik individu maupun organisasi. Program pelatihan yang efektif adalah bantuan yang berharga dalam perencanaan karir dan sering dianggap sebagai penyembuh penyakit organisasional. Apabila produktivitas tenaga kerja menurun banyak manejer berfikir bahwa solusinya adalah pelatihan. Program pelatihan tidak mengobati semua masalah organisasional, meskipun tentu saja program itu berpotensi untuk memperbaiki situasi tertentu sekiranya program dijalankan secara benar.

G.      Evaluasi Training
Evaluasi pelatihan adalah penilaian atas training yang telah terlaksana. Evaluasi program pelatihan dapat dipengaruhi oleh karakteristik demografi dan 4 metode dalam model evaluasi pelatihan  Kirkpatrick yaitu reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil. Dalam aspek evaluasi efektivitas training, terdapat empat level evaluasi pelatihan, yakni :
a). Reaction ( Reaksi )
Reaksi adalah level pertama dan paling rendah dari tahap evaluasi. Reaksi mengukur kepekaan peserta mengenai satu pengalaman belajar berencana. Bentuk yang paling umum dari evaluasi ini mudah untuk mengatur dan menyediakan umpan balik secara langsung mengenai pelatih, fasilitas, bahan, dan metode.
b). Learning ( Belajar )
Pada tahapan ini berfungsi mengukur seberapa besar kesempatan peserta sebagai sebuah hasil dari suatu pengalaman pengetahuan. Evaluasi atas pengetahuan peserta menyempurnakan lebih banyak informasi objektif daripada melakukan evaluasi atas reaksi peserta.Pengetahuan peserta khusus mengukur dokumen dan pensil untuk tes, peragaan dan aturan-aturan main, diantara metode-metode lainnya.


c). Behavior ( Perilaku )
Mengukur bagaimana peserta pelatihan telah berubah perilakunya akibat program pelatihan ang diikutinya.
d). Result ( Hasil )
Mengukur apa hasil yang diperoleh, karena peserta pelatihan mengikuti program pelatihan, misalnya meningkatnya produktivitas dan lainnya.
H.      Teknis Training
Teknis training terbagi menjadi 3 cara/metode yaitu :
1.      Metode On the job Training :
a.       Job Intruction tecnique Training
Progam diberikan langsung ditempat pekerjaan dibawah instruksi seorang senior yang sudah berpengalaman.
b.      Job Rotation
Pelatihan dilakukan dengan cara memindahkan karyawan dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain. Dengan ini peserta progam dapat mengetahui dan mengerti tugasnya masing-masing.
c.       Apprenticeship
Disini karyawan belajar dengan karyawan lain yang lebih berpengalaman.
d.      Coaching
Manajemen memberikan bombingan atau contoh model kepada karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan rutin mereka.



  1. Off The Job Technique
a.       Lecture
Lebih menekankan kepada pemberian teori secara lisan dan diorganisasikan secara formal. Biasanya digunakan apabila jumlah peserta progam banyak sehingga biaya relatif murah. 
b.      Video Presentation
Hampir sama dengan sebelumnya, tetapi metode ini menggunakan televisi, slide, film, dan sebagainya.
c.       Vestibule training
Dilaksanakan disuatu tempat yang khusus terpisah dari tempat sebenarnya dengan menggunakan peralatan sebenarnya sehingga tidak mengganggu jalannya operasional perusahaan.
d.      Simulation
Berusaha menciptakan suatu tempat yang serupa dengan keadaan kondisi demikian.
e.       Self-study
Teknik ini menghgunakan modul-modul tertulis, kaset-kaset rekaman, kaset video yang diberikan kepada peserta pelatihan.

  1. Laboratory Training
a.       Bentuk pelatihan kelompok yang terutama digunakan untuk mengembangkan interpersonal skills.
b.      Dalam pelatihan metode mana yang akan digunakan oleh suatu perusahaan dalam melaksanakan progam pelatihan tidak ada satupun metode yang paling baik. Diperlukan suatu kombinasi antara satu metode dengan metode lainnya.



I.         Jenis-jenis Training
Terdapat banyak pendekatan untuk pelatihan. Menurut (Simamora:2006 : 278) ada lima jenis-jenis pelatihan yang dapat diselenggarakan:
1.      Pelatihan Keahlian.
Pelatihan keahlian (skils training) merupakan pelatihan yang sering di jumpai dalam organisasi. program pelatihaannya relatif sederhana: kebutuhan atau kekuragan diidentifikasi rnelalui penilaian yang jeli. kriteria penilalan efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.

2.      Pelatihan Ulang.
Pelatihan ulang (retraining) adalah subset pelatihan keahilan. Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi pendidikan yang biasanya bekerja rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus dilatih dengan mesin computer atau akses internet.

3.      Pelatihan Lintas Fungsional.
Pelatihan lintas fungsional (cros fungtional training) melibatkan pelatihan karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan pekerjan yang ditugaskan.

4.      Pelatihan Tim.
Pelatihan tim merupakan bekerjasarna terdiri dari sekelompok Individu untuk menyelesaikan pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.

5.      Pelatihan Kreatifitas.
Pelatihan kreatifitas(creativitas training) berlandaskan pada asumsi hahwa kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang berdasar pada penilaian rasional dan biaya dan kelaikan.

J.        Tujuan Training
Adapun tujuan dari pelatihan (Training) adalah sebagai berikut :
  Memperbaiki kinerja.
  Memutakhirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi.
  Membantu memecahkan masalah operasional.
 Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
 Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.
 Memenuhi kebutuhan-kebutuhan pertumbuhan pribadi
 Meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja.
 Mencapai standar kinerja yang dapat diterima.
 Menciptakan sikap, loyalitas,  dan kerjasama yang lebih menguntungkan.
 Memenuhi kebutuhan perencanaan SDM.
 Mengurangi jumlah dan biaya kecelakan kerja.
 Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar