PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Training
Training (Pelatihan) adalah aktifitas yang dirancang untuk memberi para
pembelajar pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka
saat ini. Pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai
ketrampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, rutin dan terinci. Serta
menyiapkan karyawan untuk melakukan pekerjaan sekarang.
Tujuan diadakan training/ pelatihan yang diselenggarakan organisasi/perusahaan terhadap SDM
karena ,menginginkan adanya perubahan dalam prestasi kerja SDM sehingga dapat
sesuai dengan tujuan perusahaan. Jadi sebelum melakukan pelatihan akan dijelaskan
terlebih dahulu tujuan perusahaan tersebut.
B.
Pengertian
Orientasi
Orientasi adalah
pengenalan dan adaptasi terhadap suatu situasi atau lingkungan. Dimaksud
orientasi disini adalah pengembangan dan pelatihan awal bagi para karyawan baru
yang memberi mereka informasi bagi perusahaan, pekerjaan, maupun kelompok
kerja. Pengenalan dan orientasi perlu diprogamkan karena
adanya sejumlah aspek khas yang muncul pada saat seseorang memasuki lingkungan
kerja yang baru.
Materi-materi yang
diberikan pada masa orientasi kepada para SDM/ Karyawan baru meliputi :
♦ Profil organisasi termasuk didalamnya sejarah berdirinya
perusahaan, visi dan misi yang ingin dicapai perusahaan, struktur organisasi
perusahaan berikut para pemangku jabatan pada seluruh departemen yang perlu
diketahui.
♦ Peraturan-peraturan dan berbagai kebijakan perusahaan
dalam hubungannya dengan hak dan kewajiban karyawan.
♦ Berbagai fasilitas yang mungkin dapat digunakan atau
tidak boleh digunakan oleh karyawan.
♦ Pengenalan kondisi lingkungan kerja dimana karyawan
tersebut akan berja seperti siapa yang menjadi atasanlangsung,atasan tidak
langsung, rekan kerja, bawahan, kondisi ruangan kerja, dan fasilitasnya.
♦ Pengenalan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh SDM
yang bersangkutan sesuai dengan job description.
C.
Tujuan
orientasi :
♦ Menutupi gap antara kecakapan pegawai degan permintaan pekerjaan/jabatan
♦ Mengurangi waktu yag dibutuhkan untuk penyesuaian diri dengan pekerjaan yang
dihadapi
♦ Meningkatkan prestasi kerja dalam pelaksanaan tugas
♦ Membentuk sikap dan tingkah laku yang diharapkan dalam pelaksanaan
♦ Membantu memecahkan masalah operasional perusahaan
sehari-hari, seperti mengurangi absen, mengurangi kecelakaan kerja, dll.
♦ Mempersiapkan pegawai utk memperoleh keahlian tertentu yang dibutuhkan perusahaan di masa depan.
♦ Menambah
nilai bagi pegawai.
D.
Hakikat
Training
Menurut
Gomes (1997 : 197), “Training (Pelatihan) adalah setiap usaha untuk memperbaiki
prestasi kerja pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya.
Idealnya, pelatihan harus dirancang untuk mewujudkan tujuan-tujuan organisasi,
yang pada waktu bersamaan juga mewujudkan tujuan-tujuan para pekerja secara
perorangan. Pelatihan sering dianggap sebagai aktivitas yang paling umum dan
para pemimpin mendukung adanya pelatihan, karena melalui pelatihan para pekerja
menjadi lebih terampil dan karenanya akan lebih produktif. Sekalipun
manfaat-manfaat tersebut harus di perhitungkan dengan waktu yang tersita ketika
pekerja sedang di latih”.
Training
(Pelatihan) menurut Gary Dessler (1997 : 263) adalah “Proses mengajarkan
karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan
untuk menjalankan pekerjaan mereka”.
Sedangkan
menurut John R. Schermerhorn, Jr (1999 : 323), Training/Pelatihan merupakan “
Serangkaian aktivitas yang memberikan kesempatan untuk mendapatkan dan
meningkatkan keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan”.
Pelatihan
merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam
dunia perhotelan.Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu
mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat
perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.
E.
Analisa
Training
Secara umum
analisis kebutuhan pelatihan didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan dan
analisis data dalam rangka mengidentifikasi bidang-bidang atau faktor-faktor
apa saja yang ada di dalam perusahaan yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki
agar kinerja pegawai dan produktivitas perusahaan menjadi meningkat. Tujuan
dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh data akurat tentang apakah ada
kebutuhan untuk menyelenggarakan pelatihan.
Mengingat bahwa
pelatihan pada dasarnya diselenggarakan sebagai sarana untuk menghilangkan atau
setidaknya mengurangi gap (kesenjangan) antara kinerja yang
ada saat ini dengan kinerja standard atau yang diharapkan untuk dilakukan oleh
si pegawai, maka dalam hal ini analisis kebutuhan pelatihan merupakan alat
untuk mengidentifikasi gap-gap yang ada tersebut dan melakukan analisis apakah
gap-gap tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan melalui suatu pelatihan.
Selain itu dengan analisis kebutuhan pelatihan maka pihak penyelenggara
pelatihan (HRD atau Diklat) dapat memperkirakan manfaat-manfaat apa saja yang
bisa didapatkan dari suatu pelatihan, baik bagi peserta pelatihan sebagai
individu maupun bagi perusahaan.
Jika ditelaah
secara lebih lanjut, maka analisis kebutuhan pelatihan memiliki beberapa
tujuan, diantaranya adalah:
• Memastikan bahwa pelatihan memang merupakan salah satu
solusi untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja pegawai dan produktivitas
perusahaan
• Memastikan bahwa para peserta pelatihan yang mengikuti
pelatihan benar-benar orang-orang yang tepat
• Memastikan bahwa pengetahuan dan ketrampilan yang diajarkan selama
pelatihan benar-benar sesuai dengan elemen-elemen kerja yang dituntut dalam
suatu jabatan tertentu
• Mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih sesuai
dengan tema atau materi pelatihan
• Memastikan bahwa penurunan kinerja atau pun masalah yang ada adalah
disebabkan karena kurangnya pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap kerja;
bukan oleh alasan-alasan lain yang tidak bisa diselesaikan melalui pelatihan
• Memperhitungkan untung-ruginya melaksanakan pelatihan mengingat bahwa sebuah
pelatihan pasti membutuhkan sejumlah dana.
F.
Manfaat
Training
Pelatihan (Training) mempunyai andil besar dalam menentukan
efektifitas dan efisiensi organisasi. Beberapa manfaat nyata yang ditangguk
dari program pelatihan dan pengembangan (Simamora:2006:278) adalah:
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas.
2. Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar
kinerja yang dapat diterima.
3. Membentuk sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih menguntungkan.
4. Memenuhi kebutuhan perencanaan semberdaya manusia
5. Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja.
6. Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.
Manfaat di atas membantu baik individu maupun organisasi.
Program pelatihan yang efektif adalah bantuan yang berharga dalam perencanaan
karir dan sering dianggap sebagai penyembuh penyakit organisasional. Apabila
produktivitas tenaga kerja menurun banyak manejer berfikir bahwa solusinya
adalah pelatihan. Program pelatihan tidak mengobati semua masalah
organisasional, meskipun tentu saja program itu berpotensi untuk memperbaiki
situasi tertentu sekiranya program dijalankan secara benar.
G.
Evaluasi
Training
Evaluasi
pelatihan adalah penilaian atas training yang telah terlaksana. Evaluasi
program pelatihan dapat dipengaruhi oleh karakteristik demografi dan 4 metode
dalam model evaluasi pelatihan Kirkpatrick
yaitu reaksi, pembelajaran, perilaku dan hasil. Dalam aspek evaluasi
efektivitas training, terdapat empat level evaluasi pelatihan, yakni :
a). Reaction ( Reaksi )
Reaksi adalah
level pertama dan paling rendah dari tahap evaluasi. Reaksi mengukur kepekaan
peserta mengenai satu pengalaman belajar berencana. Bentuk yang paling umum
dari evaluasi ini mudah untuk mengatur dan menyediakan umpan balik secara
langsung mengenai pelatih, fasilitas, bahan, dan metode.
b). Learning
( Belajar )
Pada tahapan
ini berfungsi mengukur seberapa besar kesempatan peserta sebagai sebuah hasil
dari suatu pengalaman pengetahuan. Evaluasi atas pengetahuan peserta menyempurnakan
lebih banyak informasi objektif daripada melakukan evaluasi atas reaksi
peserta.Pengetahuan peserta khusus mengukur dokumen dan pensil untuk tes,
peragaan dan aturan-aturan main, diantara metode-metode lainnya.
c). Behavior
( Perilaku )
Mengukur bagaimana
peserta pelatihan telah berubah perilakunya akibat program pelatihan ang
diikutinya.
d). Result (
Hasil )
Mengukur apa
hasil yang diperoleh, karena peserta pelatihan mengikuti program pelatihan,
misalnya meningkatnya produktivitas dan lainnya.
H.
Teknis
Training
Teknis training terbagi
menjadi 3 cara/metode yaitu :
1. Metode On the job Training
:
a.
Job
Intruction tecnique Training
Progam diberikan langsung ditempat pekerjaan dibawah
instruksi seorang senior yang sudah berpengalaman.
b.
Job
Rotation
Pelatihan dilakukan dengan cara memindahkan karyawan dari
suatu pekerjaan ke pekerjaan lain. Dengan ini peserta progam dapat mengetahui
dan mengerti tugasnya masing-masing.
c.
Apprenticeship
Disini karyawan belajar dengan karyawan lain yang lebih
berpengalaman.
d.
Coaching
Manajemen memberikan bombingan atau contoh model kepada
karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan rutin mereka.
- Off The Job Technique
a.
Lecture
Lebih menekankan kepada pemberian teori secara lisan dan
diorganisasikan secara formal. Biasanya digunakan apabila jumlah peserta progam
banyak sehingga biaya relatif murah.
b.
Video
Presentation
Hampir sama dengan sebelumnya, tetapi metode ini
menggunakan televisi, slide, film, dan sebagainya.
c.
Vestibule
training
Dilaksanakan disuatu tempat yang khusus terpisah dari tempat
sebenarnya dengan menggunakan peralatan sebenarnya sehingga tidak mengganggu
jalannya operasional perusahaan.
d.
Simulation
Berusaha menciptakan suatu tempat yang serupa dengan
keadaan kondisi demikian.
e.
Self-study
Teknik ini menghgunakan modul-modul tertulis, kaset-kaset
rekaman, kaset video yang diberikan kepada peserta pelatihan.
- Laboratory Training
a.
Bentuk
pelatihan kelompok yang terutama digunakan untuk mengembangkan interpersonal
skills.
b.
Dalam
pelatihan metode mana yang akan digunakan oleh suatu perusahaan dalam
melaksanakan progam pelatihan tidak ada satupun metode yang paling baik.
Diperlukan suatu kombinasi antara satu metode dengan metode lainnya.
I.
Jenis-jenis
Training
Terdapat banyak
pendekatan untuk pelatihan. Menurut (Simamora:2006 : 278) ada lima jenis-jenis
pelatihan yang dapat diselenggarakan:
1. Pelatihan Keahlian.
Pelatihan
keahlian (skils training) merupakan pelatihan yang sering di jumpai
dalam organisasi. program pelatihaannya relatif sederhana: kebutuhan atau
kekuragan diidentifikasi rnelalui penilaian yang jeli. kriteria penilalan
efekifitas pelatihan juga berdasarkan pada sasaran yang diidentifikasi dalam
tahap penilaian.
2. Pelatihan Ulang.
Pelatihan
ulang (retraining) adalah subset pelatihan keahilan. Pelatihan ulang berupaya
memberikan kepada para karyawan keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah. Seperti tenaga kerja instansi
pendidikan yang biasanya bekerja rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus
dilatih dengan mesin computer atau akses internet.
3. Pelatihan Lintas Fungsional.
Pelatihan
lintas fungsional (cros fungtional training) melibatkan pelatihan
karyawan untuk melakukan aktivitas kerja dalam bidang lainnya selain dan
pekerjan yang ditugaskan.
4. Pelatihan Tim.
Pelatihan
tim merupakan bekerjasarna terdiri dari sekelompok Individu untuk menyelesaikan
pekerjaan demi tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.
5. Pelatihan Kreatifitas.
Pelatihan
kreatifitas(creativitas training) berlandaskan pada asumsi hahwa
kreativitas dapat dipelajari. Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk
mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang berdasar pada penilaian rasional dan
biaya dan kelaikan.
J.
Tujuan
Training
Adapun tujuan dari pelatihan
(Training) adalah sebagai berikut :
♦ Memperbaiki
kinerja.
♦ Memutakhirkan
keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi.
♦ Membantu
memecahkan masalah operasional.
♦ Mempersiapkan karyawan untuk promosi.
♦ Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi.
♦ Memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pertumbuhan pribadi
♦
Meningkatkan kuantitas dan kualitas kerja.
♦ Mencapai standar kinerja yang dapat diterima.
♦ Menciptakan sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih
menguntungkan.
♦ Memenuhi kebutuhan perencanaan SDM.
♦ Mengurangi jumlah dan biaya kecelakan kerja.
♦ Membantu
karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar